Kamis, 20 Oktober 2011

6 Ciri Orang yang Mengaktualisasi Diri



aktualisasi diri

Dalam kehidupan ini tentunya kita butuh yang disebut dengan aktualiasi diri. Namun tidak semua orang mampu mengaktualisasikan dirinya dala kehidupan ini. berikut beberapa ciri orang yang mampu mengaktualisasikan drinya :

·         Dapat memusatkan perhatian pada persoalan
Tatap mata saya...konsentrasi... Itu kata-kata yang sering melekat pada salah satu tokoh mentalis Indonesia. Kekuatan konsentrasi atau fokus ternyata merupakan bagian dari diri yang teraktualisasi. Dia dapat melihat sesuatu seperti apa adanya bukan bagaimana seharusnya. Dia melihat persoalan sebagai sesuatu yang terpisah dari dirinya, dari alam subjektifitasnya. Dia mampu menelaah dan merenungkan diri sendiri secara tidak berlebihan. Itulah orang yang mengaktualisasi diri.

Kemampuan fokus di sini bukan dalam artian fisik. Seperti kalau kita sedang capek sehabis berdesakan di kereta ekonomi, lalu setelah itu kita tidak bisa konsentrasi dalam ujian. Bukan seperti itu. Yang dimaksud adalah kemampuan mengarahkan diri dan perhatian pada suatu hal tertentu sehingga fokusnya benar-benar ke sana. Saat kita terbentur masalah utang, orang yang teraktualisasi akan fokus berpikir bagaimana melunasi utangnya. Bukan berpikir bagaimana kalau yang menagih utang datang pagi ini, membawa bodyguard yang kekar-kekar, siap menyita rumahnya, daaaan sebagainyaa.  Kemampuannya memfokuskan diri membuat masalah yang dihadapinya makin jelas dan makin mudah diselesaikan.


·         Dapat melepaskan diri dari sesuatu dan berada sendiri
Individuasi, mungkin kata yang tepat untuk menyimpulkan poin di atas. Seseorang dengan ke-aku-annya (ego, superego, dan id), membuat batasan yang jelas antara dirinya dengan yang bukan dirinya. Sehingga ia mampu membuat penilaian yang objektif atas sesuatu yang berada di luar dirinya. Individuasi bukan individualisme. Individuasi menyatakan bahwa tiap manusia berbeda dan oleh karena itu unik. Meskipun dua orang kembar identik, mereka pasti memiliki perbedaan. Dan itulah yang dipahami orang yang mengaktualisasi dirinya.

·         Memiliki otonomi
Berkaitan dengan hal di atas, orang yang mengaktualisasi diri memiliki kebebasan menentukan pendapat dan arah tujuan. Mereka tidak digerakkan oleh orang lain untuk melakukan sesuatu, tidak mementingkan pujian atau prestise—meski pujian adalah salah satu penghargaan yang penting. Maka dari itu, actualized man dapat tenang menghadapi pertentangan dan frustasi. Mereka pribadi yang merdeka.

·         Memiliki rasa sosial
Meski begitu, mereka berjiwa sosial. Mereka paham bahwa dirinya bagian dari masyarakat, bersyukur atas tiap orang yang mereka kenal. Mereka merasa bersatu dengan semua orang sehingga simpatinya pada manusia dan keinginannya menolong sesama sangat kuat. Mereka bukan pencari musuh, tapi penebar persahabatan. Di sisi ini, orang mungkin akan menilai mereka sebagai figur yang ideal.

·         Memiliki kesegaran penilaian
Masih ingat poin ketiga uraian saya yang pertama? Kalau sudah lupa silakan dilihat lagi di sini. Karena poinnya berhubungan dekat dengan poin ini, yaitu memiliki kesegaran penilaian. Dari poin ini kita bisa tambahkan bahwa mereka yang mengaktualisasi diri bisa ber-positive thinking melihat segala sesuatu. Memang mereka selalu objek melihat semua apa adanya, namun selalu ada segi positif yang bisa mereka ambil manfaatnya. Mereka tidak bosan melihat hal-hal yang biasa karena penghayatannya dalam. Maka kita dapat melihat mereka memiliki penilaian yang berbeda.

·         Kemampuan untuk memiliki penghayatan yang mendalam
Seorang pelukis terkenal (saya lupa namanya, mungkin teman-teman bisa menambahkan) bisa terdiam dan larut dalam aktivitasnya melukis tanpa kenal waktu. Ia merasa diri terlepas dari kenyataan yang ada. Ia bisa merasakan dirinya tenggelam dalam dunia yang ditekuninya. Mungkin teman-teman akan bertanya, kok agak kontradiktif ya antara sifat ini dengan sifat lainnya? Memang orang yang mengaktualisasi diri berjiwa sosial dan selalu ingin menyatu dengan sesama. Tetapi mereka mampu membebaskan diri dalam alam pikirannya dan berlayar ke dalam lautan jiwanya untuk merenungi dan mengakui ke-aku-annya. Dengan begitu karya-karyanya orisinal karena tidak terintervensi oleh sesuatu pun di luarnya. Mereka tidak terpengaruh deadline, suasana tempat yang bising, kesalahan-kesalahan teknis tertentu, dan sebagainya. Mereka punya alam pikiran yang merdeka. Mereka orang intelektual.

Saya jadi ingat suatu ungkapan, kalau tidak salah begini: Intelektual adalah orang bijak sejak di alam pikirannya. Dan mereka orang yang mengaktualisasi diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar